Bahasa Arab merupakan bahasa yang unik. Ia berbeda dengan bahasa Inggris serta bahasa-bahasa asing yang lain. Tata bahasa yang digunakan relatif rumit. Ada ilmu Nahwu, Shorof, dan Balghah. Masing-masing disiplin tersebut mempunyai perbedaan signifikan, walaupun sama-sama ilmu bahasa Arab. Ilmu Nahwu lebih menekankan pada mabni ­dan mu’rob (menetukan harkat terkhir). Ilmu Shorof  lebih menekankan pada shiyagul kalimat (perubahan bentuk kata). Sedangkan ilmu Balaghah cenderung mempelajari sastra Arab.
Sementara itu, ada juga hal lain yang membedakan bahasa Arab dengan bahasa yang lain. Satu kata dalam bahasa Arab bisa dipecah menjadi beberapa kata yang berbeda arti dan makna serta kedudukannya. Ini sangat berbeda dengan bahasa Inggris. Kalau bahasa Inggris paling banter kata yang dapat dipecah dari bentuk dasar kata,  kurang lebih lima bentuk kata.
    Makanya, terkadang orang menjadi malas dalam mempelajari bahasa Arab. Karena selain membingungkan juga banyaknya kata-kata yang berbeda makna, padahal itu hanya berasal dari satu kata. Selain itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya yang berasal dari barat, terkadang juga menjadi sebab bagi sebagian kalangan untuk tidak mempelajari bahasa Arab. Disebabkan karena waktu yang tersedia terbatas, sehingga tidak ada ruang untuk menyempatkan diri belajar bahasa Arab.
    Beberapa penyebab kemalasan dalam mempelajari bahasa Arab di atas sebenarnya bisa menjadi penyemangat bahkan sebenarnya mempermudah kita dalam mempelajarinya. Kita harus sadar akan keunikan tersebut. Misalnya, satu kata bisa menjadi beberapa kata bahkan sampai seratus kata yang berlainan makna dan kedudukan. Ini sebenarnya mempermudah bagi kita dalam menghafal beberapa arti kata, karena kita hanya cukup memecahnya dari satu kata. Contoh, kata kataba (menulis) bisa dipecah menjadi kitabatan (tulisan), kitaban (buku), maktaban (meja), maktabatan (perpustakaan) dan lain sebagainya.
    Bahasa Arab merupakan bahasa yang sangat bermanfaat bagi kita, khususnya bagi yang muslim. Karena mayoritas penduduk Indonesia adalah masyarakat muslim. Walaupun demikian, bukannya penulis menjustifikasi bahwa selain muslim tidak boleh belajar bahasa Arab. Namun, karena masyarakat jawa timur mayoritas muslim, maka tidak ada salahnya penulis menyebutkan beberapa kelebihan bahasa Arab perspektif Islam.
    Pertama, bahasa Arab adalah bahasa kitab suci Al-Quran. Kita tidak akan bisa memahami Al-Quran kecuali dengan memahami bahasa Arab dengan benar, baik dari segi nahwu, shorof maupun balaghahnya. Bolehlah, kita beralasan sekarang sudah banyak terjemahan, jadi tidak perlu lagi belajar bahasa Arab dan hanya cukup membaca terjemahannya saja. Pada dasarnya orang yang menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Indonesia juga sudah mempelajari bahasa Arab dengan benar. Tapi alangkah baiknya kalau kita selain membaca terjemahan, juga harus bisa menguasai bahasa Arab. Karena, boleh jadi terjemahan yang ada juga ada salahnya, karena sifat dasar manusia tidak pernah terluput dari salah dan lupa.
    Ketika terjadi sebuah kesalahan dalam terjemahan, kita bisa memperbaikinya langsug, dan tidak ikut kepada terjemahan yang salah tersebut. Selain, itu jika kita memahami bahasa Arab dengan baik,  kita tidak perlu lagi membuka terjemhan dan cukup membacanya dan cukup mengacu kepada tafsir-tafsir yang ada untuk lebih meningkatkan pemahaman terhadap makna dan kandungan Al-Quran tersebut.
    Kedua, sebagai ilmu alat. Artinya bahwa bahasa Arab meruakan bahasa yang dapat digunakan sebagai alat untuk menggali ilmu pengetahuan, khsusnya ilmu-ilmu agama. Karena Islam pada mulanya muncul di negeri Arab. Jadi ilmu-ilmu Islam mayoritas berbahasa Arab.
Bahasa Arab bisa digunakan sebagai alat untuk menggali ilmu fikih dan hadits serta ilmu-ilmu yang lain. Karena, jika kita membaca buku-buku yang berasal dari Arab langsung, itu masih murni dan tidak ada campur tangan dari penerjemah. Dan disebabkan ketidakmengertiannya terhadap bahasa Arab, tidak jarang juga ditemukan orang yang mengatakan suatu ungkapan bahasa Arab sebagai hadits. Padahal itu hanya selentingan atau ucapan bijak yang tidak berasal dari Nabi.
    Untuk meningkatkan minat pelajar terhadap bahasa Arab, maka hendaknya bahasa Arab diperkenalkan kepada anak sejak dini. Ini juga seperti bahasa Inggris, kenapa minat pelajar lebih banyak ke bahasa Inggris dari pada bahasa Arab, karena memang bahasa Inggris sudah diperkenalkan kepada anak sejak dini. Bahkan sekarang di Sekolah Dasar sudah diajarkan bahasa Inggris. Kenapa bahasa Arab tidak?. Nah, inilah permasalahan mendasar lemahnya minat mahasiswa dalam belajar bahasa Arab.
    Khususnya bagi sekolah-sekolah yang berbasiskan Islam, Ini seharusnya lebih diperhatikan dan lebih diperhitungkan dari bahasa yang lain. Karena bagaimanapun tidak, pedoman agama Islam adalah Al-Quran dan Hadits. Sedangkan bahasa yang digunakan Al-Quran dan Hadits adalah Al-Quran.
    Akan tetapi satu hal yang perlu diingat, khususnya bagi guru bahasa Arab, bahawa metode yang dipakai dalam menyampaikan pelajaran bahasa Arab kepada anak hendaknya dibedakan dengan metode yang dipakai untuk orang dewasa. Jika metode yang digunakan kepada orang dewasa dipakai juga kepada anak, maka pembelajaran tersebut tidak akan maksimal, dan bahkan akan gagal.
    Adapun metode yang dapat digunakan adalah bisa dengan membawa alat peraga. Alat peraga ini dimaksudkan untuk lebih menguatkan anak dalam mengingat kosa-kata yang telah diberikan. Jadi, ketika memberikan kosa-kata, anak dapat melihat langsung maksud ataupun arti dari kosa kata tersebut, walaupun guru tidak menulisnya di papan tulis. Anak dapat melihat langsung secara empiris. Jika ditinjau dari segi kognitif, metode seperti ini lebih efektif dari pada menulis arti kosa kata di papan tulis.
    Misalnya, seorang guru mau memberikan kosa kata tentang binatang. Maka guru harus menunjukkan gambar atau boneka yang berbentuk binatang. Dengan itu akan lebih cepat ditangkap dan dipahami oleh anak. Karena selain mendengar, visual anak bisa melihat langsung secara emperis.
    Metode seperti ini jika dikaitkan dengan konsep pendidikan modern, dapat dikatakan sebagai salah satu aplikasi konsep CTL (Contextual Teaching and Learning) yang masih belum dipraktekkan secara menyeluruh oleh para guru, khususnya di daerah-daerah terpencil.

0 Comments:

Post a Comment



 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Belajar Kita Belajar - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger